a hilang dan melayang b. pagiku dan hilang c. pagiku dan melayang. Baca Juga: Makna puisi adalah arti atau maksud atau isi yang terkandung dalam puisi yang dapat ditangkap oleh pembaca sesuai tingkat pengalaman dan pengetahuannya. Puisi adalah karya sastra yang terikat oleh irama, rima, dan baris yang bahasanya indah dan penuh makna.
Setelah mengetahui pengertian puisi secara umum, langkah selanjutnya dalam menulis puisi adalah menentukan baris dan bait dari tema yang membuatnya, terlebih dahulu harus memahami pengertian baris dan bait dalam demikian? Karena baris dan bait merupakan salah satu unsur utama penyusun BarisBaris disebut juga larik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI tertulis bahwa baris adalah deret, leret, banjar, dan puisi memiliki jumlah baris yang berbeda-beda tergantung keinginan pengarangnya. Dalam setiap baris bisa terdiri dari satu kata saja, beberapa kata yang membentuk frasa, atau bisa juga berupa yang perlu diingat bila membuat puisi adalah jangan terlalu banyak jumlah barisnya karena akan menimbulkan kesan bertele-tele dan kurang baris dalam pengertian puisi lama dan puisi baru masih terikat dengan aturan-aturan yang ada. Jumlah kata dan suku kata dalam setiap baris pun dengan puisi baru, pengarang memiliki kebebasan sendiri dalam menentukan jumlah baris dalam puisinya. Disini juga akan diberikan penjelasan mengenai perbedaan Pantun dan syair dalam bentuk puisi terdapat beberapa jenis gaya bahsa dalam puisi yang terdiri dari gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa pertentangan, dan gaya bahasa merupakan contoh baris dalam puisi lama dan puisi lamaPantunPergi tamasya ke Surakarta baris 1Jangan lupa beli batik baris 2Manusia hidup di dunia baris 3Harus selalu berbuat baik baris 4Puisi baruBaladaFermentasi asa baris 1Mengharap sempurna baris 2Bentuk utuh nan konyol baris 3Rasa, karsa tempe baris 4Pembungkus yang berjasa baris 1Penuh kisah bertulis duka lara baris 2Dibuang tanpa dibaca baris 3Pembungkus tempe baris 1Bukan plastik tapi kertas usang tak terpakai baris 2Masihkah ada yang membelai sebelum membuangnya? baris 3 Karya RendraPengertian BaitBerikut pengertian bait dalam menurut para yaitu satu kesatuan dalam puisi yang terdiri atas beberapa baris, seperti pantun yang terdiri atas empat dibaca “ba-it adalah bagian dari teks berirama puisi atau lirik lagu yang terdiri dari beberapa baris yang tersusun harmonis, menyerupai pengertian paragraf dalam sastra atau tulisan juga diartikan sebagai satu kesatuan dalam puisi yang terdiri atas beberapa baris, seperti pantun yang terdiri atas empat pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bait merupakan kumpulan baris yang terangkai menjadi kesatuan padu yang bait dalam puisi adalahUntuk memisahkan topik satu dengan topik memiliki fungsi yang sama dengan jenis paragraf berdasarkan letak kalimat utama dalam bait di dalam puisi memiliki konsep masing-masing yang tersaji dalam tujuan yang bait dapat tersusun dari baris-baris yang berima maupun tidak bait dalam puisi lama terikat oleh kaidah-kaidah yang telah ditetapkan sedangkan dalam puisi baru jumlahnya bebas dan tidak bawah ini merupakan contoh bait dalam lamaSyairWahai muda, kenali dirimuIalah perahu tamsil hidupmuTiadalah berapa lama hidupmuKe akhirat jua kekal hidupmu —- bait 1—— Hai muda arif budimanHasilkan kemudi dengan pedomanAlat perahumu jua kerjakanItulah jalan membetuli insan —- bait 2——Puisi baruKarawang – BekasiKami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasitidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagiTapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami, terbayang kami maju dan mendegap hati ? —- bait 1——Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debuKenang, kenanglah kami —– bait 2——Kami sudah coba apa yang kami bisa Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa —– bait 3——Kami cuma tulang-tulang berserakan Tapi adalah kepunyaanmu Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan —- bait 4——Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan atau tidak untuk apa-apa, Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkataKaulah sekarang yang berkata —– bait 5——Kami bicara padamu dalam hening di malam sepiJika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak —– bait 6——Kenang, kenanglah kamiTeruskan, teruskan jiwa kamiMenjaga Bung Karno menjaga Bung Hattamenjaga Bung Sjahrir —- bait 7——Kami sekarang mayat Berikan kami arti Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian —- bait 8—— Kenang, kenanglah kami yang tinggal tulang-tulang diliputi debuBeribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi 
. —- bait 9——Demikian ulasan tentang pengertian baris dan bait dalam puisi berikut contohnya semoga bermanfaat. Cintakujauh di pulau. Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh! Perahu yang bersama 'kan merapuh! mengapa ajal memanggil dulu. sebelum sempat berpeluk dengan cintaku. Makna perahu pada kutipan puisi tersebut adalah . kehampaan. kematian.

Sastra merupakan suatu bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari sebuah kehidupan dimana di dalamnya terdapat kata-kata yang indah. Dalam bidang ilmu sastra ada tiga karya yang dihasilkan, yaitu prosa, drama, dan puisi. Puisi merupakan salah satu karya sastra yang memiliki tingkat kesulitas paling tinggi dibandingkan dengan hasil karya sastra yang lainnya. Karena di dalam puisi, seorang penyair dalam menyampaikan sebuah kisah atau kejadian yang sangat panjang dalam satu kata saja. Biasanya di dalam puisi dalam menyampaikan suatu amanat, makna, ideologi ataupun pendapat sang penyair menyampaikannya melalui kode tertentu. Dalam makalah ini akan membahas mengenai puisi Cermin, 1 dan Cermin,2 karya Sapardi Djoko Damono. Pada awalnya, saya tertarik dengan puisi Cermin, 1 karena puisi yang mengangkat sebuah judul cermin sangat menarik perhatian saya. Apalagi satelah diselidiki setelah puisi Cermin, 1 ini ada puisi yang dihasilkan oleh Sapardi Djoko Damono yaitu puisi Cermin,2 yang menimbulkan dugaan bahwa puisi tersebut masih berhubungan atau bersambung. Pada awalnya, Cermin, 1 menimbulkan sebuah prasangka bahwa angka satu yang dipakai sebagai judul dalam Cermin, 1 merupakan simbol yang menyampaikan sesuatu dalam puisi tersebut. Setelah diketahui ternyata ada puisi yang berjudul Cermin,2 yang di duga lanjutan dari puisi Cermin, 1. Dengan kenyataan ini, saya lebih tertarik untuk menelaah puisi tersebut untuk mengetaui apakah sebenarnya puisi Cermin, 1 dan Cermin,2 merupakan puisi yang berkelanjutan atau bahkan tidak sama sekali. Selain itu, judul kumpulan sajak yang digunakan oleh Sapardi Djoko Damono Perahu Kertas yang dicantumkan sebagai keterangan dalam puisi Cermin, 1 dan Cermin,2 merupakan daya tarik tersendiri untuk mengkaji Puisi ini. Karena kita ketahui bersama, Perahu Kertas merupakan salah satu judul sebuah film yang sangat terkenal dan banyak digandrungi masyarakat dimana film tersebut diangkat dari sebuah novel karya Dewi Lestari yang memiliki judul Perahu Kertas. Pada kenyataan tersebut, tentunya timbul sebuah pertanyaan besar mengapa judul kumpulan sajak karya Sapardi Djoko Damono ini memiliki judul yang sama dengan judul film yang diangkat dari novel karya Dewi Lestari. Dengan alasan tersebut, saya tertarik untuk menelaah puisi tersebut dalam kajian saya. Selain itu, dalam kajian ini juga akan membahas mengenai makna puisi Cermin, 1 dan Cermin,2yang dianggap sebagai puisi yang metafisis karena cermin merupakan sesuatau yang dapat menimbulkan bayangan dari benda yang ada di depannya, tetapi hanya bisa menimbulkan banyanangan yang sesuai dengan benda tanpa bisa melakukan apa-apa atau banyangan itu terkurung di dalam dan tidak dapat keluar. Jadi banyangan yang ada di cermin tersebut tidak dapat malakukan apa-apa. Inilah anggapan sementara dari judul yang dipakai oleh puisi ini yang menyebabkan saya menelaah makna metafisis Cermin, 1 dan Cermin,2 dengan dugaan dalam puisi tersebut menceritakan atau menyampaikan sebuah kejadian atau ide yang berhubungan dengan kejadian yang metafisis. Untuk menelaah makna metafisis tersebut, saya menggunakan metode semiotik yang mengartikan simbol-sombol yang ada dalam teks puisi tersebut unutuk mngetahui arti puisi dan menemukan makna yang ada di dalamnya. 1. Makna Metafisis dalam Puisi Cermin, 1 dan Cermin, 2 a. Puisi Cermin, 1 CERMIN, 1 Oleh Sapardi Djoko Damono cermin tak pernah berteriak;ia pun tak pernah meraung, tersedan, atau terhisak,meski apa pun jadi terbalik di dalamnya;barangkali ia hanya bisa bertanyamengapa kau seperti kehabisan suara? Perahu Kertas,Kumpulan Sajak,1982. Cermin merupakan suatu benda yang dapat memantulkan bayangan yang ada di depannya. Bayangan itu sama persis dengan benda yang ada di depannya. Jika benda yang ada di depan kaca diam maka bayangan yang ada di dalam kaca juga akan diam, jika benda yng di depannya bergerak maka bayangan yang ada di dalam kaca akan ikut bergerak. Walaupun tidak semua kaca bisa merefleksikan benda yang ada di depannya dengan sempurna, karena ada kaca yang merefleksikan bayangan benda dengan arah berbeda atau terbalik. Meskipun terkadang cermin sepertu itu, “cermin tak pernah berteriak;”. Karena bayangan yang ada di dalam kaca selamanya akan diam, apabila kita berteriak dalam bayangan kaca, bayangan itu juga akan ikut teriak tetapi teriak yang tidak mengeluarkan suara. Banyangan hanya menunjukkan bagaimana ekspresi kita pada saat teriak. Karena cermin tak pernah berteriak dia berperan memantulkan bayangan benda yang ada di depannya, cermin itu merupakan benda mati. Cermin itu tidak dapat bersuara meskipun dia harus menampilkan bayangan dri benda yang dia tidak suka. Kenyataan tersebut mengakibatkan “ia pun tak pernah meraung, tersedan, atau terhisak,”. Seperti inilah keadaan kaca, walaupun kita memberikan goresan padanya yang dia tidak dapat melakukan sesuatu yang lebih untuk membela atau menyuarakan kesakitan meraung atas goresan tersebut. Dia tidak dapat mengungkapkan perasaan terhisak dan mengespresikan sesuatu yang terjadi tidak sesuai dengan keinginannya yang menyakitinya atau yang membuatnya terluka atau rusak. “meskipun apa pun jadi terbalik di dalamnya;” ini bukan merupakan keinginan cermin untuk membalik bayangan yang dia tangkap tetapi karena dalam suatu proses pemantulannya mengharuskan terjadi sesuatu yang membuat cermin memantulkan bayangan benda secara terbalik. Hal ini memberiakan sebuah kesan “barang kali ia hanya bisa bertanya”. Kaca tidak dapat berprotes, kaca tidak bisa menyuarakan pendapatnya. Walaupun apa yang terjadi terbalik sebuah realitas tidak sama dengan yang ada ada bayangannya, kaca tidak bisa melakukan apa-apa. Oleh karena itu, kaca sering dianggap “mengapa kau seprti kehabisan suara”. Artinya, kaca tidak bisa menyuarakan kehabisan suara segala sesuatu yang tidak sesuai dengan realitasnya yang mengakibatkan nasip yang buruk, ataupun sagala sesuatu yang tidak kita inginkan yang membuat kita tertekan, menderita kaca hanya bisa membisu. Dari puisi di atas, cermin ini menunjukkan sebuah kehidupan yang memiliki batas untuk bergarak terkekang. Batasan ini bukan merupakan batasan secara fisik saja yang membatasi ruang gerak seseorang dimana kehidupan yang digambarkan melalui kaca ini seseorang hanya bisa bergerak berdasarkan ketentuan yang sudah ditentukan, seperti kaca yang hanya akan memantulkan banyangan benda yang ada di depannya. Pada situasi lain, kaca juga menggambarkan kehidupan seseorang yang dibatasi secara batin juga. Karena cermin “ia pun tak pernah meraung, tersedan, atau terhisak,”. Di sini menggambarkan batin juga mengalami tekanan karena tidak dapat mengespresikan sesuatu yang mereka alami. Contoh suatu kejadian yang digambarkan cermin yang mengekang secara fisik adalah sebuah sistem yang dibuat oleh pemerintah. Meskipun sistem yang telah di tentukan oleh pemerintah baik sistem pendidikan maupun sistem yang lain yang ditentukan masyarakat kita tidak sesuai, tetapi sistem itu tetap dipaksakan. Bahkan sisitem yang telah di tentukan tersbut terkadang justru mempersulit keadaan. Contoh suatu kejadian yang digambarkan cermin yang mengekang secara batin adalah wartawan yang hudup pada masa kedudukan bapak Soeharto. Wartawan merupakan insane jurnalistik yang seharusnya menelisisk dan mengkritik segala sesuatu yang terjadi di dalam negara yang sudah tidak sesuai lagi atau menyimpang. Hal ini dilakuakan supaya ada perbaiakan dari kesalahan tersebut. Tetapi pada kenyataannya, kekuasaan yang berada di tangan tirani Soeharto dan adanya berbagai kasus orang yang berani sedikit tidak setuju maka dia akan menghilang. Dengan keadaan yang demikian, segala kasus atau sesuatu yang menyimpang tersebut tersimpan dengan baik dan “barang kali ia hanya bisa bertanya” wartawan tidak dapat menjalankan hak dan kewajibannya sebagai insane jurnalistik. Penjelasan di atas menggambarkan sebua kejadian yang metafisis yang digambarkan melalui cermin yang sudah diuraian di atas. Dimana cermin seharusnya mampu memberikan gambaran kekurangan dari benda yang bayangannya dia pantulkan sebagai koreksi untuk diperbaiki kekurangan tersebut. Apabila ada kelebihan, bayangan cermin juga akan memberikan gambaran secara nyata supaya kelebihan dapat dijaga. Tapi pada kenyataannya, cermin tidak bisa memnjalankan perannya, bahkan cermin mengalami nasip yang tragis sesuai keterangan yang sudah diterangkan di atas. b. Puisi Cermin, 2 CERMIN, 2 Oleh Sapardi Djoko Damono mendadak kau mengabut dalam kamar, mencari dalam cermin;tapi cermin buram kalau kau entah di mana, kalau kau mengembun dan menempel di kaca, kalau kau mendadak menetes dan tepercik ke mana-mana;dan cermin menangkapmu sia-sia Perahu Kertas,Kumpulan Sajak,1982. “mendadak kau mengabut dalam kamar, mencari dalam cermin;” menggambarkan suatu kejadian yang merubah situasi kamar menjadi remang mengabut bahkan tidak bisa di pantulkan bayangan dalam kaca tersebut. Karena keadaan tersebut, “kau” kaget mendadak terhadap perubahan keadaan tersebut. Dan dia mencari bayangan itu di dalam cermin yang tak dapat lagi memantulkan bayangan tersebut. Dalam keadaan ini digambarkan sebuah situasi yang membat tidak tenang, tidak nyaman, was-was dan cemas, menimbulkan rasa takut dalam keadaan yang “mendadak kau mengabut dalam kamar, mencari dalam cermin;”. Pada saat bekaca, “kau” tidak dapat melihat bayangannya karena cermin itu buram. Dia tidak tau di mana posisinya sekarang “kalau kau entah dimana”. Karena sebuah perubahan dimana “kau” tidak dapat menemukan posisinya di mana, seperti apa dia. Terjadi sebuah perubahan usaha menempel di kaca berubah lebih baik atau terlihat baik mengembun untuk mengembalikan keadaan tersebut pada tempatnya semula “kalau kau mengembun dan menempel di kaca, kalau”. Menggambar sebuah usaha pendekatan objek yang menjadi sumberdari bayangan terhadap kaca yang dapat menampilakan bayangan sehingga “kau” dapat melihat bayangannya lagi. Usaha itu sia-sia karena usahanya telah tertutup oleh kabut tersebut. Sehingga, “kau memdadak menetes dan terpercik kemana-mana;” embun itu terjatuh dan terpercik menjadi tetesan air menjelaskan sebuah keadaan dimana usaha kebaikan yang dilakukan itu tidak terliahat dan akhirnya terjatuh dan berantakan. Karena, sudah tidak terlihat bayangandalam kaca maka dia tidak dapat mengetahui kekurangannya yang harus ia perbaiki dan dia juga tidak mengetahui kelebihannya yang dapat ia pertahankan untuk untuk melindungi posisinya sehingga dia tidak terjatuh memdadak menetes dan terpercik kemana-mana. Dengan situasi tersebut, “dan cermin menangkapmu sia-sia”. Segala sesuatu yang telah diusahakan pada saat situasi telak berubah mengabut teah sia-sia. Cermin tidak bisa meihat usaha baik yang dilakukan cermin menangkapmu sia-sia. Dari berbagai uraian di atas, dapat ditangkap gambarang seseorang yang berada pada situasi tertentu yang telah mengalami perubahan tidak bisa mendapatkan sesuatu yang membuat dia tetap bertahan. Misalnya seorang pengusa di masa kelamnya tidak mendapat kritik dan saran dari bawahan yang dapat dia jadikan referesi supaya dia tetap dapat menyelesaika masa kelam tersebut, sehingga dapat embantunya keluar dari masalah ya ng mengancamnya. Karena dia tidak mendapatkan hal itu, maka dia jatuh dari posisinya menetes dan terpercik kemana-mana. Dan usaha yang dia lakuakan untuk mendekati bawahannya sia-sia karena sudah dibutakan oleh keadaan cermin menangkapmu sia-sia. Usaha yang sia-sia dan berbagai peristiwa yang telah diuraikan di atas menggambarkan sebuah kajadian yang metafisis. Contoh suatu kejadian yang digambarkan dalam puisi Cermin, 2, dahulu pada saat masa kedudukan bapak Soeharto para wartawan dibatasi ruang geraknya sehingga dilarang memmberitakan penyimpangan yang terjadi pada masa kepemimpinannya. Akibatna banyak penyimpangan yang dilakukan tidak terungkap tetapi langsung di rasakan oleh masyarakat. Seharusnya Soeharto tidak melakukan hal tersebut, karena pemberitaan berbagai penyeimpangan tersebut dapat membantunya untuk memperbaiki penyimpangan tersebut. Tetapi, karena Soeharto melakukan sebuah peraturan yang mengakibatkan berbagai pihak takut untuk mengatakan sebuak penyimpangan tersebut, Soeharto tidak mendapatkan peringatan dan masukan atas keasalahannya sehingga dia tidak memperbaikinya dan menimbulkan suatu perlawaan yang akhirnya menumbangkan kekusasaannya. Jadi wartawan dan pemberitaan bisa di jadikan sebuah kaca bagi para prtinggi untuk mengoreksi kesalahan yang harus di perbaiki dan terbuka terhadap masukan dankritikan dari berbagai pihak. c. Makna Matafisis Puisi Cermin,1 dan Cermin, 2 Makna metafisi yang terkandang dalam Cermin, 1 dan Cermin, 2, mereka memiliki nasip yang tragis dalam situasi mereka masing-masing. Pada Cermin,1 dimana sebagai cermin yang bertugas member sebuah gambaran untuk benda yang ada di depannya dia tidak dapat menjalankanperan dan haknya sebagai kaca yang member masukan dan kritikan terhadap sesuatu yang tidak baik bahkan menyimpang. Sehingga keadaan ini menimbulkan tekanan bagi kaca, baik seara fisik dan batin. Dalam puisi Cermin,2 menceritakan makna metafisi yang dialami oleh benda yang berkaca tersebut. Karena keadaan telah berubah, dialah yang rugi dengan keadaan tersebut. Walaupun dia telah berusaha untuk mmemberu yang terbaik tetap hal itu telah tertutup olek keburukan skeadaan mengabut tersebut. Tahun yang dituliskan oleh Sapardi Djoko Damono yaitu tahun 1982 memberikan kesan bahwa PuisiCermin,1 dan Cermin, 2 ini menggambarkan keadaan pada masa kedudukan bapak Soeharto yang benar-benar metafisis. Pada cermin, 1 menggambarkan suatu keadaan masyarakat kita yang pada zaman dahulu masa kedudukan bapak Soeharto dipaksa untuk mengikuti peraturan yang beliau terapkan. Banyak masyarakat yang dilarang berpendapat, mengekspresikan ketiadak puasan terhadap suatu keadaan, protes terhadap ketidak adilan, dan berbagai kebebasan masyarakat yang sangat terkekang Cermin,1. Pada Cermin,2 menceritakan keadaan bapak Soeharto sendiri yang telah melakukan berbuatan yang telah diurakan di asatas. Sehingga, karena perbuatannya tersebut, beliau kehilangan kesempatanya untuk melihat bayangannya sendiri. Beliau tidak bisa melihat kekurangan yang dapat menjatuhkan beliau hingga pada saat 1998 belau lengser. Judul kumpulan sajak yang sengaja ditampilkan juga memberi sebuah kesan metafisis terhdap puisiCermin,1 dan Cermin, 2 tersebut. Karena perahu kertas bukan merupakan perahu yang kuat untuk berlayar, dia akan mudah rusak, dan lunak apabila terkena air. Keadaan ini sangat cocok apabila disatukan dengan masa 1982 yang merupakan bagian dari masa orde baru yang sangat metafisis tersebut. Judul sajak yang dicantumkan dalam puiisi yang sempat menarik perhatian karena memiliki persamaan dengan judul film yang diangkat dari novel Dewi Lestari, bisa diangggap bahwa Dewi Lestari pada saat menulis terinspirasi dari salah satu sajak yang tergabung menjadi satu dalam kumpulan sajang dengan puisi Cermin, 1dan Cermin, 2 yang memikili judul yang sama bahkan alur cerita yang sama. 2. Hubuangan Puisi Cermin,1 dan Cermin,2 Berdasarkan urain di atas, maka dapat kita pahami bersama bahwa puisi Cermin,1 dan Cermin,2memiliki keterkaitan. Tetapi, hubungan katerkaitan mereka bukan hubungan yang bahwa puisiCermin, 2 merupakan lanjutan dari puisis Cermin, 1. Karena berdasarkan isi dan makna yang di samapaikan, kedua puisi tersebut menggambarkan dua situasi yang saling lepas tetapi saling mempengaruhi. Seperti hubungan sebab-akibat. Jadi lambang angka yang dipergunakan dalam judul puisi tersebut bukan sebagai penanda bahwa puisi itu bersambung tetapi menandakan puisi itu saling berhubungan nyang menimbulkan hubungan timbal-balik atau sebab akibat. Dimana pusi Cermin, 1 mengambarkan mengenai masyarakat yang diabaikan oleh pemimpinnya, dan Cermin, 2 mengggambarkan akibat pemimpin apabila dia mengabaikan posisi masyarakat dan membuat masyarakat seperti pada gambaran puisiCermin, 2. 1. Simpulan Puisi Cermin, 1 dan Cermin, 2 merupakan puisi karya Sapardi Djoko Damono yang merupakan salah satu puisi dari kumpulan sajak yang diberi judul Perahu Kertas. Puisi ini memiliki makna metafisis karena di dalam kedua mpuisi tersebut memiliki sebuah cerita kehidupan yang tragis. Makna puisi Cermin, 1 merupakan gambaran kehidupan metafisis seseorang yang seharusnya dapat memberikan sebuah koreksi, masukan, pendapat, kritik dan saran, tetapi dia tak dapat melakukan peran tersebut karena suatu keadan yang tidak memungkinkan. Kejadian ini digambarkan melalui puisi Cermin, 1. Makna puisi Cermin, 1 merupakan gambaran kehidupan metafisis seseorang yang tidak lagi mendapatkan koreksi, masukan, pendapat, kritik dan saran, karena keadaan yang telah berubah. Walaupun seseorang itu telah berusaha memberi kebaikan, hal itu tidak membuatnya mendapatkan yang diinginkan tersebut. Karena lambang tahun yang dimunculkan sebagai keterangan puisi tersebut dapat menjelaskan bahwa puisi ini menggambarkan keadaan pada masa kedudukan bapak Soeharto yang benar-benar metafisis. Pada puisi Cermin, 1 menggambarkan suatu keadaan masyarakat kita yang pada zaman dahulu masa kedudukan bapak Soeharto dipaksa untuk mengikuti peraturan yang beliau terapkan. Banyak masyarakat yang dilarang berpendapat, mengekspresikan ketiadak puasan terhadap suatu keadaan, protes terhadap ketidak adilan, dan berbagai kebebasan masyarakat yang sangat terkekangCermin,1. Pada Cermin,2 menceritakan keadaan bapak Soeharto sendiri yang telah membuat peraturan yang beliau terapkan. Banyak masyarakat yang dilarang berpendapat, mengekspresikan ketiadak puasan terhadap suatu keadaan, protes terhadap ketidak adilan, dan berbagai kebebasan masyarakat yang sangat terkekang. Sehingga, karena perbuatannya tersebut, beliau kehilangan kesempatanya untuk melihat bayangannya sendiri. Beliau tidak bisa melihat kekurangan yang dapat menjatuhkan beliau hingga pada saat 1998 beliau lengser. DAFTAR PUSTAKA Kleden, Ignas. 2004. Sastra Indonesia Dalam Enam Pertanyaan. Jakarta Pusaka Utama Grafiti. Natia, I K. 2008. Teori dan Periodesasi Sastra Indonesia. Surabaya BINTANG. Pradopo, Rachmat Djoko. 1987. Pengkajian Puisi. Yogyakarta Gajah Mada University Press.

Untukitu Sapardi menyelipkan kehidupannya di dalam setiap " bait-bait sajak" yang dapat diartikan sebuah karya sastra. Menelisik bait kedua puisi Pada Suatu Hari Nanti. "Pada suatu hari nanti, suaraku tak terdengar lagi, tapi di antara larik-larik sajak ini. Kau akan tetap kusiasati," Baris pertama pada bait ke-2 mengulang dan menegaskan hal Puisi adalah teks atau karangan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan mengutamakan keindahan kata-kata. Struktur puisi terdiri atas dua macam, yaitu struktur fisik dan struktur batin. Unsur fisik puisi adalah unsur-unsur puisi yang dapat dilihat atau nampak pada puisi. Struktur fisik puisi sebagai berikut. Majas Majas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yang lain; kiasan. Rima Rima menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengulangan bunyi yang berselang, baik di dalam larik sajak maupun pada akhir larik sajak yang berdekatan. Diksi Diksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Imaji Imaji menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang dibayangkan dalam pikiran; bayangan. Kata konkret Kata konkret adalah bentuk kata yang dapat menimbulkan imajinasi. Tipografi Tipografi adalah penyusunan baris dan bait pada puisi. Rima merupakan salah satu unsur fisik pembangun puisi. Bait pertama pusi tersebut berbunyi Sepuluh tahun yang lalu, dia terbaring Tetapi bukan tidur, sayang Sebuah lubang peluru bundar di dadanya Senyum bekunya berkata, kita sedang perang Analisis rima puisi bait pertama. Bait pertama puisi tersebut terdiri atas empat baris. Untuk menentukan rima puisi, kita harus menentukan rima puisi pada keempat baris tersebut. Baris pertama puisi tersebut diakhiri dengan ng rima a Baris kedua puisi tersebut diakhiri dengan ng rima a Baris ketiga puisi tersebut diakhir dengan nya rima b Baris keempat puisi tersebut diakhir dengan ng rima a Rima puisi "Pahlawan Tak Dikenal bait pertama" adalah a-a-b-a. Dengan demikian, jawaban yang tepat adalah pilihan D. Maknakata cermin dalam puisi tersebut adalah ketidakberdayaan seseorang. Hal ini dapat terlihat dari puisi tersebut , yaitu cermin tak pernah berteriak ; ia pun tak pernah meraung , tersedak ataupun tersiak.
Kali ini admin menulis Makna Kata Cermin Pada Baris Pertama Puisi Tersebut Adalah. Sebelas Kisah Dari Tenggara By Forum Lenteng Issuu Kesusasteraan Melayu Dalam Bahasa Melayu Hadiah Buuk Ulasan Cerpen Dan Puisi 29 Sept 2013 Buuk Puisi Melayu Tradisional Docx Document Untitled Puisi Yang Memiliki Tatan 090420 Bindonesia Ipa Ipsp12a Untitled Pdf Akal Budi Dan Cerminan Jati Diri Melayu Dalam Pantun 62830826 Definisi Pantun Untitled Bahasa Dan Susastra Dalam Guntingan makna kata cermin pada baris pertama puisi tersebut adalah Pengertian puisi adalah suatu karya sastra tertulis dimana isinya merupakan ungkapan perasaan seorang penyair dengan menggunakan bahasa yang bermakna semantis serta mengandung irama, rima, dan ritma dalam penyusunan larik dan baitnya. Beberapa ahli modern mendefinisikan puisi sebagai perwujudan imajinasi, curahan hati, dari seorang penyair yang mengajak orang lain ke dunianya’. Meskipun bentuknya singkat dan padat, umumnya orang lain kesulitan untuk menjelaskan makna puisi yang disampaikan dari setiap baitnya. Itulah informasi tentang makna kata cermin pada baris pertama puisi tersebut adalah yang dapat admin kumpulkan. Admin blog KT Puisi 2019 juga mengumpulkan gambar-gambar lainnya terkait makna kata cermin pada baris pertama puisi tersebut adalah dibawah ini. Mindmap Puisi By Jolene Budiono On Prezi Next Plagiat Merupakan Tindakan Tidak Terpuji Plagiat Merupakan Tindakan Pusat Manuskrip Melayu Sejarah Dan Peranan Dalam Pengurusan Penghayatan Puisi Tradisional Komsas Dalam Pdp Bahasa Melayu Sekolah Untitled Bali Post Kamis 14 Mei 2009 By E Paper Kmb Issuu Syair Esei Stilistik Grade A Skbl3133 Stilistik Studocu Plagiat Merupakan Tindakan Tidak Terpuji Plagiat Merupakan Tindakan Keindahan Bentuk Dan Maksud Pantun Itulah yang admin bisa dapat mengenai makna kata cermin pada baris pertama puisi tersebut adalah. Terima kasih telah berkunjung ke blog KT Puisi 2019.
ï»żMaknakata pelita pada puisi tersebut adalah? Baca Juga : Perhatikan hal-hal berikut !1) Swasembada pangan) Krisis ekonomi (moneter)3) Praktik korupsi, kolusi dan nepotisme 4) Pembangunan berjalan dengan sangat pesat 5) Tidak ada kebebasan berpendapat dan berpolitik Berdasarkan hal diatas, yang merupakan faktor pendorong lengsernya kekuasaan
Puisi Cermin Karya Sapardi Djoko Damono Cermin 1 cermin tak pernah berteriak; ia pun tak pernahmeraung, tersedan, atau terhisak, meski apa pun jadi terbalik di dalamnya; barangkali ia hanya bisa bertanya mengapa kau seperti kehabisan suara? Cermin 2 mendadak kau mengabut dalam kamar, mencari-cari dalam cermin; tapi cermin buram kalau kau entah di mana, kalau kau mengembun dan menempel di kaca, kalau kau mendadak menetes dan tepercik ke mana-mana; dan cermin menangkapmu sia-sia 1980Sumber Hujan Bulan Juni 1991Puisi CerminKarya Sapardi Djoko DamonoBiodata Sapardi Djoko DamonoSapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
\n \nmakna kata cermin pada baris pertama puisi tersebut adalah
34 Makna kata cermin yang bercetak miring pada baris pertama puisi tersebut adalah . A. Kenyataan di dunia B. Pengakuan dosa C. Ketidakberdayaan seseorang D. Cermin itu berkaca E. Mengintropeksi diri. 35. Maksud isi puisi tersebut adalah . A. Setiap orang harus intropeksi diri B. Setiap manusia harus mempunyai suara hati nurani. Daftar isiPengertian PuisiJenis – Jenis PuisiPuisi LamaPuisi Baru ModernCiri – Ciri PuisiMakna PuisiContoh Puisi LamaKarya sastra terdiri dari dua jenis sastra genre, yaitu prosa dan puisi. Biasanya prosa disebut dengan karangan bebas, sedangkan puisi disebut dengan karangan terikat. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang disukai karena disajikan dalam Bahasa yang indah dan imajinatif. Puisi dianggap juga sebagai rangkaian kata-kata yang menggambarkan perasaan khazanah Sastra Indonesia, puisi memberi sumbangsih yang sukup besar dalam kekayaannya. Perannya dalam menjaga eksistensi Bahasa Indonesia, membuat setiap bait dan rimanya tidak bisa dipandang sebelah Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima serta penyusunan larik dan bait. Biasanya puisi berisi unggapan penulis mengenai emosi, pengenalan maupun kesan yang kemudian dituliskan dengan Bahasa yang baik sehingga dapat diterima dan enak untuk penyair baru modern menulis puisi tanpa memperdulikan ikatan-ikatan formal tersebut. Hal ini disebabkan pada pemahaman bahwa bentuk-bentuk formal itu hanya merupakan sarana kepuitisan saja, bukan hakikat dapat disimpulkan sebagai ucapan atau ekspresi tidak langsung. Disamping itu juga, puisi adalah ucapan ke inti masalah, peristiwa ataupun narasi cerita, pencitraan. Dapat disimpulkan bahwa puisi adalah karya sastra yang berisi tanggapan serta pendapat penyair mengenai berbagai penyair ini kemudian dituangkan dengan menggunakan Bahasa-bahasa yang apik serta memiliki struktur batin dan fisik yang khas penyair. Puisi memiliki nilai estetika yang berbeda-beda bergantung penulis puisi. Setiap penyair biasanya memiliki kekhasan dalam menulis – Jenis PuisiSecara umum puisi memiliki dua jenis, yaitu puisi lama dan puisi LamaPuisi lama adalah jenis karya sastra puisi yang diciptakan nenek moyang sejak zaman dahulu. Dalam puisi lama biasanya terikat oleh kaidah-kaidah penulisan puisi, seperti baris, bait, rima, irama, dan belum terpengaruh budaya karena itu, penulisan puisi lama terikat oleh berbagai aturan. Aturan-aturan tersebut adalah sebagai berikut Terdapat persajakan atau rima. Rima adalah pengulangan bunyi yang terdapat dalam larik kata dalam satu baris dalam satu bait. Bait adalah satu kesatuan puisi yang terdiri atas beberapa suku kata dalam setiap irama pergantian kesatuan bunyi.Jenis-jenis puisi lama berupa pantun, syair, talibun, mantra, dan gurindam. Mantra merupakan jenis puisi yang diciptakan dalam kepercayaan animisme, biasanya dibacakan dalam ritual kebudayaan serta biasanya menggunakan kata yang menimbulkan efek merupakan jenis puisi lama yang bersajak a b a b dengan setiap baris terdiri dari empat baris, dua baris sampiran dan dua baris isi. Sedangkan talibun terdiri dari sampiran dan isi lebih dari empat dan selalu memiliki larik empat bait dan bersajak a a a a. Isinya mengisahkan suatu hal. Sedangkan gurindam terdiri dari dua baris, berirama sama. Isi baris pertama adalah sebab sedangkan isi baris kedua adalah Baru ModernPuisi jenis ini merupakan puisi yang tidak memiliki ikatan yang cukup kuat dengan aturan. Puisi baru ini memiliki bentuk yang lebih bebas dibandingkan puisi lama. Meskipun tidak terikat aturan, pusi baru tetap menganut beberapa aturan penting dalam karya sastra, yaitu ritme, rima, dan baru harus tetap sesuai dengan ekspresi seorang penyair sehingga pembaca bisa mendapatkan kesan tentang karya puisi tersebut. Secara garis besar, puisi baru dibagi menjadi dua jenis, yaitu puisi baru berdasarkan isinya dan pusi baru berdasarkan Baru Berdasarkan IsinyaBalada, memuat tentang suatu cerita atau kisah tertentu. Terdiri dari 3 bait, yang mana setiap bait terdapat 8 mengandung kesedihan atau memuat tentang ajaran atau tuntutan terkait berisi pujaan atau pujian. Biasanya berbentuk sebuah memiliki isi berupa sanjungan kepada orang yang dianggap memiliki jasa berisi ekspresi seseorang tentang cinta dan kasih memuat tentang sindiran atau Baru Berdasarkan BentuknyaDistikon, tiap bait terdiri dari dua baris atau biasa disebut sebagai puisi dua tiap baitnya terdiri dari tiga baris atau bisa disebut sebagai puisi tiga tiap bait memuat empat baris, disebut juga puisi empat tiap baitnya memiliki lima baris, disebut juga puisi lima / Stanza, tiap baitnya memiliki delapan baris. Puisi ini disebut juga double kuatrain atau puisi delapan baitnya memiliki enam baris. Nama lain puisi ini adalah enam tiap bait memiliki tujuh baris, disebut juga tujuh terdiri dari empat baris yang terbagi menjadi dua. Bait yang pertama masing-masing berjumlah empat baris dan dua bait kedua masing-masing berjumlah tiga – Ciri PuisiSecara umum puisi memiliki ciri-ciri Puisi memiliki beberapa ciri sebagai berikut Penulisan puisi dituliskan dalam bentuk bait yang terdiri dari baris, bukan paragraphDiksi yang dipakai berupak kiasan, padat, dan indahDalam Bahasa puisi, penggunaan majas sangat dominanPemilihan diksi mempertimbangkan rima dan persajakanSetting, alur, dan tokoh tidak begitu ditonjolkan dalam pengungkapannyaPuisi lama memiliki ciri-ciri sebagai berikut Terikat jumlah baris dan rima. Terikat diksi, irama, intonasi, dan hal-hal lainnyaAnonim. Tidak diketahui secara jelas penulis dari puisi tersebutMemiliki gaya Bahasa yang statis. Banyak menggunakan Bahasa kliseTermasuk sastra lisan. Hal ini dikarenakan puisi diajarkan atau disampaikan melalui mulut ke mulutPuisi baru memiliki ciri-ciri sebagai berikut Nama penulis tercantumTidak terikat rima, irama, dan barisGaya Bahasa dinamis. Sehingga akan berubah-ubahCenderung memiliki sifat simetris. Puisi ini akan memiliki bentuk yang rapiLebih menggunakan pola pantun dan sajak syairUmumnya berbentuk empat seuntaiMemiliki satuan sintaksis atau gatraGatra yang ada di puisi baru terdiri dari 4 sampai 5 suku kataUmumnya mengisahkan mengenai peristiwa kehidupanMakna PuisiMakna puisi adalah pesan atau isi atau amanat dalam puisi yang bisa ditangkap pembaca sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman masing-masing. Bahasa dalam puisi cenderung menggunakan makna kiasan sehingga masing-masing orang bisa menangkap makna yang Langkah-langkah dalam menemukan makna puisi Membaca Puisi. Untuk dapat memahami setiap kata dalam puisi diperlukan pembacaan yang Makna Kata Kunci. Kata kunci adalah kata yang sering diulang-ulang penyair. Makna kata dalam puisi biasanya berupa makna leksikal, makna citraan, dan makna Kata-kata Sulit dan mencari artinya pada Kembali Kata Kunci beserta Makna Secara Utuh, yaitu makna dari keseluruhan isi puisi tersebut, baik secara tersirat maupun yang berkaitan dengan suatu konsep Puisi LamaPantunBerakit-rakit ke hulu aBerenang-renang ketepian bBersakit-sakit dahulu aBersenang-senang kemudian bSyairIlmu didapat tiada cepat aMesti sabar hatinya kuat aSemoga tuhan berikan rahmat aMaka jaga hati serta niat aGurindamKurang pikir kurang siasat aTentu dirimu akan tersesat aBarang siapa tinggalkan sembahyang bBagai rumah tiada bertiang bJika suami berhati lurus ©Istri pun kelak akan lurus ©TalibunPergi merantau jauh ke negeri seberangJanganlah lalai membawa perbekalan berupa makananJika tersesat di perjalanan ingatlah peta yang kau bawaSerta jangan malu mendatangi orang untuk bertanyaJika engkau berbuat baik kepada semua orangNiscaya kebaikan pula yang akan engkau dapatkanSudahlah engkau kan dapat pahalaDi dunia pun engkau akan hidup BahagiaContoh Puisi BaruBaladaFermentasi asaMengharap sempurnaBentuk utuh nan konyolRasa, karsa tempePembungkus yang berjasaPenuh kisah bertulis duka laraDibuang tanpa dibacaPembungkus tempeBukan plastik tapi kertas using tak terpakaiMasihkah ada yang membelai sebelum membuangnya?Karya RendraElegiDerai-Derai CemaraKarya Chairil AnwarCemara menderai sampai jauhTerasa hari akan jadi malamAda beberapa dahan ditingkap merapuhDipukul angin yang terpendamAku orangnya bisa tahanSudah beberapa waktu bukan kanak lagiTapi dulu memang ada suatu bahanYang bukan dasar perhitungan lagiHidup hanyalah menunda kekalahanTambah terasing dari cinta sekolah rendahDan tahu, ada yang tetap tak diucapkanSebelum pada akhirnya kita menyerahRomansaPandangan PertamaKarya Malik AbdulDalam remang senja aku teringatKetika rasa ini menjelmaAku terbuai dengan merdu suaramuTermenung menyaksikan senyum terindahSampai menuju suatu arahYang membawaku larut dalam resahResah memikirkanmu aku terpangahPandangan itu membuatku melayangHingga pada titik dimana ak sedang tak mengertiMengapa aku seperti iniBahwa cinta masih menguasaiRasa ini mengalir tiada hentiSatireAku BertanyaKarya RendraAku bertanya
Tetapi pertanyaan-pertanyaankuMembentur jidat penyair-penyair salon,Yang bersajak tentang anggur dan rembulan,Sementara ketidakadilan terjadiDi sampingnya,Dan delapan juta kanak-kanak tanpa Pendidikan,Termangu-mangu dalam kaki dewi kesenian.
Maknapuisi Cermin, 1 merupakan gambaran kehidupan metafisis seseorang yang tidak lagi mendapatkan koreksi, masukan, pendapat, kritik dan saran, karena keadaan yang telah berubah. Walaupun seseorang itu telah berusaha memberi kebaikan, hal itu tidak membuatnya mendapatkan yang diinginkan tersebut.
Jakarta - Puisi termasuk salah satu bentuk karya sastra yang banyak disukai karena disajikan dalam bahasa yang indah dan sifatnya yang imajinatif. Bahkan puisi juga dianggap sebagai rangkaian kata-kata yang menggambarkan perasaan Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Puisi juga diartikan sebagai gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara ahli menjelaskan arti puisi dalam definisi yang bervariasi. Seperti dikutip dari buku Sastra Indonesia yang disusun oleh tim Sastra Cemerlang, salah seorang ahli, Sumardi, menyatakan bahwa pengertian puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi padu dan pemilihan kata yang itu, menurut James Reeves, seorang penulis Inggris yang dikenal karena puisi, drama, dan sastranya, mengatakan bahwa pengertian puisi adalah ekspresi bahasa yang kaya dan penuh dengan daya PuisiPuisi dibedakan menjadi dua, puisi lama dan puisi baru. Merangkum dari Modul Bahasa Indonesia Kelas X karya Sutji Harijanti, berikut ciri-ciri puisi1. Puisi LamaPuisi lama merupakan puisi yang masih terikat oleh aturan-aturan berikut iniJumlah kata dalam 1 baris dalam 1 rima.Banyak suku kata di tiap puisi lamaTak diketahui nama sastra lisan karena disampaikan dari mulut ke terikat akan aturan-aturan, misalnya seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata ataupun Puisi BaruBerbeda dengan puisi lama, puisi baru merupakan puisi yang tidak terikat lagi oleh aturan, dan bentuknya lebih bebas daripada puisi lama dalam segi jumlah baris, suku kata, ataupun puisi baruMempunyai bentuk yang rapi, akhir yang pola sajak pantun dan syair meskipun dengan pola yang puisi 4 baris atasnya sebuah gatra kesatuan sintaksis.Setiap gatranya terdiri dari dua kata dan 4-5 suku Puisi1. Puisi NaratifDalam puisi naratif mengungkapkan suatu cerita atau penjelasan penyair. Puisi ini terbagi menjadi dua macam, yakni balada dan romansa. Balada adalah puisi yang berisi cerita tentang orang-orang perkasa ataupun tokoh Balada Orang-orang Tercinta dan Blues untuk Bonnie karya WS Rendra. Sedangkan romansa adalah jenis puisi cerita yang memakai bahasa romantik yang berisi kisah percintaan, yang diselingi perkelahian dan Puisi LirikPada jenis puisi lirik terbagi ke dalam beberapa macam, yakni elegi, serenada dan ode. Elegi adalah puisi yang mengungkapkan perasaan duka. Contohnya Elegi Jakarta karya Asrul Sani yang mengungkapkan perasaan duka penyair di Kota serenada merupakan sajak percintaan yang dapat dinyanyikan. Kata "serenada" sendiri bermakna nyanyian yang tepat dinyanyikan pada waktu itu, ode adalah puisi yang berisi pujaan terhadap seseorang umumnya tokoh yang dikagumi, sesuatu hal, atau sesuatu keadaan. Contohnya seperti Diponegoro karya Chairil Anwar dan Ode buat Proklamator karya Leon Puisi DeskriptifDalam jenis puisi ini, penyair bertindak sebagai pemberi kesan terhadap keadaan/peristiwa, benda, atau suasana yang dipandang menarik perhatian. Puisi yang termasuk kedalam jenis puisi deskriptif, misalnya satire dan puisi yang bersifat kritik adalah puisi yang mengungkapkan perasaan ketidakpuasan penyair terhadap suatu keadaan, namun dengan cara menyindir atau menyatakan keadaan puisi kritik sosial adalah puisi yang juga menyatakan ketidakpuasan penyair terhadap keadaan atau terhadap diri seseorang, namun dengan cara membeberkan kepincangan atau ketidak beresan keadaan atau orang tersebut. Kesan penyairan ini juga dapat kita hayati dalam puisi-puisi impresionistik yang mengungkapkan kesan penyair terhadap suatu itulah pengertian puisi serta ciri-ciri dan jenis-jenisnya. Selamat belajar, ya detikers! Simak Video "Google Sediakan 11 Ribu Beasiswa Pelatihan untuk Bangun Talenta Digital" [GambasVideo 20detik] kri/kri Jikadicermati maka maksud isi puisi pada soal tersebut yang paling tepat adalah A: Kehidupan ini bisa terlihat dalam cermin di hadapan kita. Kata cermin yang bercetak miring pada puisi bermakna kenyataan di dunia, karena cermin merefleksikan kenyataan kehidupan yang ada (dalam diri seseorang yang bercermin). Maka: Cermin tak pernah berteriak; ia pun tak pernah Meraung, tersedan, atau terisak. Sama dengan: Kenyataan di dunia (kehidupan) tak pernah berteriak; ia pun tak pernah Meraung Tahu-tahu Elisa sudah menembus kaca dan melompat dengan ringan ke dalam ruang cermin. Lewis Carroll, Elisa Menembus Cermin * MEMBACA puisi-puisi terbaru Ilda Karwayu, kita boleh menduga dia penyair yang sesekali berjalan-jalan ke rumah lama lalu menemukan keriangan baru bermain-main dengan cermin di sana. “Terbaru” di sini lebih merujuk masa publikasi daripada masa kreasi. Puisi-puisi terkait dipublikasikan 14 Januari 2022 di aji krama Puisi-puisi Ilda Karwayu, tetapi berdasarkan tarikh penulisan yang dicantumkan di akhir tiap puisi kita mendapati 6 puisi dimuat semuanya ditulis pada tahun 2021. Dari 6 puisi tersebut kita menemukan 5 “bentuk cermin”, yaitu puisi “aji krama”, “setelah lulus seleksi beasiswa dari negara”, “mata keranjang”, “keluar dari menara gading”, dan “setelah memilih”. pada suaraku terpantul lampulampuidemu, tuhan. tunas sombongmuadalah tubuh hancur. rambati pelanpelanususku yang setebal tali klandalam genitugen dalamklan yang setebal tali ususkupelanpelan hancur rambati tubuh. adalahsombongmu, tuhan. tunas idemuterpantul pada lampulampu suaraku“aji krama” Kalau kita menggambar garis-garis berdasarkan tipografinya, kita akan menghasilkan tampilan kira-kira seperti ini Kita boleh mengatakan tampilan tersebut menggambarkan orang berbicara, kesan selaras subjek utama puisi terkait suara. Puisi semacam ini bisa dan biasa dikategorikan puisi berpola atau puisi konkret pattern poetry atau concrete poetry, yakni puisi yang susunan tipografisnya membentuk gambar tertentu. Penyusunan bentuk tipografis puisi konkret biasanya disesuaikan dengan tema, teknik yang pernah tren dalam perpuisian kita pada era Puisi Mbeling. Namun, puisi “aji krama” tampaknya tidak berhenti pada sekadar penyusunan visual melalui tipografi sebagaimana juga tidak ada gelagat puisi ini untuk menjadi bagian dari mbelingisme jenis apa pun. Dari sebelas baris puisi, kata-kata dan frasa pada baris 7-11 merupakan kata-kata dan frasa yang juga kita temukan pada baris 1-5 dengan posisi sintaktis berbeda dan cenderung terbalik. Dengan kata lain, sebuah repetisi. Repetisi tentu bukan sesuatu yang baru ataupun aneh dalam puisi, baik dalam puisi Ilda ataupun dalam puisi penyair lain. Juga bukan hanya dalam puisi. Berbagai varian repetisi merupakan alat retorika ampuh yang juga bisa ditemukan baik dalam kitab suci, pidato-pidato Soekarno, ataupun lirik-lirik lagu Iwan Fals. Keberadaan puluhan varian repetisi memungkinkan sangat luasnya cakupan efek yang ia timbulkan. Repetisi biasa dibagi menjadi 4 kelompok besar, repetisi pada tataran huruf, suku kata, dan fon; repetisi pada tataran kata; repetisi pada tataran klausa dan frasa; dan repetisi pada tataran gagasan. Jadi, 5 baris terakhir dalam “aji krama” bisa dikatakan memuat repetisi 5 baris pertama, pada level kata dan frasa, sementara baris 6 yang hanya tersusun dari satu kata, merupakan garis tengah. Berhubung sisi berbeda yang dipisahkan oleh garis tengah tersusun dari kata-kata yang sama dalam posisi sintaktis berbeda tetapi tetap membentuk tipografi puisi yang sama secara terbalik, maka kita bisa mengatakan bahwa garis tengah itu berfungsi seperti cermin, satu sisi merupakan pantulan sisi yang lain. Dengan demikian, jika tampilan visual puisi “aji krama” digambar berdasarkan pola penulisannya maka hasilnya menjadi seperti ini Pola senada bisa ditemukan dalam puisi-puisi “cermin” Ilda yang lain dengan tipografi menyusun bentuk bervariasi. Terkadang kita tak menemukan rujukan bentuk “sepasti” puisi “aji krama”, melainkan lebih terlihat sebagai bentuk geometris yang rapi. Demikian juga bagian diposisikan sebagai cermin bervariasi. Pada puisi “setelah lulus seleksi beasiswa dari negara” kita mendapati cermin itu berupa baris tersusun dari satu kata seperti dalam “aji krama”, sementara dalam puisi “keluar dari menara gading” kita mendapatinya berupa satu baris tersusun dari lima kata dan menjadi satu-satunya baris dalam puisi yang tidak memiliki jeda kosong. Akan tetapi dalam “mata keranjang” dan “setelah memilih”, kita menemukan cermin itu dalam bentuk baris kosong penanda peralihan antar pembacaan dari awal terkait pola cermin Ilda, boleh jadi ada kesalahan tipografis pada penayangan puisi “setelah memilih” yang dibagi menjadi 3 bait tersusun dari 3 baris bait pertama, 1 baris bait kedua, 2 baris bait ketiga. Penulisan puisi tersebut menggunakan pola cermin, yakni baris 4-6 tersusun dari kata-kata sama dengan baris 1-3 dengan susunan sintaktis berbeda, maka boleh diduga puisi ini lebih pas kalau ditayangkan tersusun dari dua bait dengan masing-masing tersusun dari 3 baris dan baris kosong di tengah-tengah yang memisahkan antar bait antara baris ketiga dan keempat berfungsi sebagai cermin. Lantas, sejauh mana penggunaan pola cermin ini memengaruhi pengembangan makna? Apakah sisi di balik cermin menawarkan gagasan kebalikan dari sisi di depan cermin? Ataukah justru dengan caranya sendiri menguatkan atau melanjutkan? /1/yang memandang dari ketiadaan bolehmenaruh matanya dalam keranjang /2/ keranjang menaruh matanya dalamketiadaan dari yang boleh memandang“mata keranjang” Bait pertama yang kita posisikan sebagai sisi di depan cermin mengandaikan subjek “dia” sebagai sosok aktif, dia menaruh matanya. Dalam bait kedua, sisi di balik cermin, peran itu dibalik, “keranjang” berada di posisi aktif menaruh matanya. Pembalikan itu mau tidak mau mengakibatkan perubahan objek kalimat pula, yakni jika pada bait pertama objek yang ditaruh, “matanya” merupakan mata “dia” imajiner, maka dalam bait kedua objek “matanya” menjadi merujuk pada mata “keranjang”. “Dia” dan “keranjang” merupakan dua subjek kalimat yang berbeda. Ada banyak kemungkinan makna “memandang dari ketiadaan”, tetapi jika kita memilih salah satu kemungkinan, bahwa klausa itu merujuk pada “dia yang tidak berhak memandang” pilihan yang lebih sesuai konteks—meski bukan berarti satu-satunya yang mungkin—daripada “ketiadaan” sebagai negasi subjek, ketiadaan dia yang memandang, maka bait itu bisa dimaknai sebagai pernyataan negasi terhadap pandangan si dia. Dengan kata lain, pandangan atau “tatapan”, mengindikasikan tindakan melihat dalam waktu yang agak lama, supaya tidak dikelirukan dengan “pandangan” yang bisa berarti “pengetahuan” atau “pendapat” si dia dinihilkan dengan kurungan, “keranjang”. Sementara pada bait kedua tempat “keranjang” menjadi subjek kalimat, jika kita memaknai “matanya” merujuk pada “mata keranjang” dan bukan “mata dia” imajiner yang merupakan subjek kalimat pada bait pertama, maka kita bisa memaknai “ketiadaan dari yang boleh memandang” sebagai “tiadanya orang yang berhak memandang”. Dengan kata lain, meski terlihat sebagai negasi, bait ini justru menunjukkan posisi aktif “mata keranjang” yang sudah berubah menjadi idiom sebagai mata yang memandang di saat mata yang berhak memandang justru tidak ada. Jadi, meski terjadi pembalikan sintaktis subjek, subjek yang dirujuk oleh arti kalimat itu sendiri pada dasarnya sama “dia imajiner yang memandang dari ketiadaan” adalah subjek yang sama dengan “mata keranjang”. Hal ini dimungkinkan oleh sifat idiom sebagai konstruksi pemilik makna berbeda dari unsur penyusunnya. Ketika klitik “-nya” dalam “matanya” pada baris kedua, berdasarkan konstruksi kalimat, merujuk pada “keranjang” sebagai subjek sehingga menjadi “mata milik keranjang”, konstruksi tersebut pada saat yang sama menciptakan idiom “mata keranjang” yang memiliki makna berbeda. Dengan demikian, dalam puisi ini sisi di balik cermin bait kedua memang menyajikan tampilan visual terbalik, tetapi gagasan yang disajikan oleh kata-kata yang sama dalam posisi-posisi berlainan tetap merupakan sambungan lebih lanjut gagasan yang dimuat dalam sisi di depan cermin bait pertama. Repetisi yang membentuk cermin tampaknya merupakan teknik lanjutan Ilda sebagai penyair yang cenderung sadar-bentuk. Kecenderungan tersebut sudah terlihat dalam puisi-puisi Eulogi PBP Publishing, 2018 dan makin menguat dalam Binatang Kesepian dalam Tubuhmu GPU, 2020, salah satunya tampak dari penciptaan jeda kosong tambahan antar kata. Teknik jeda kosong tersebut khas tradisi-tulis dan tak bisa sepenuhnya ditampilkan ketika puisi terkait dilisankan. Akan tetapi bukan berarti jejak kelisanan lantas sama sekali raib dari puisi-puisi Ilda. Sebaliknya, diksi dan repetisi yang hadir justru menampakkan kelekatan dengan aspek fon, bunyi, misalnya repetisi “tuhan. tunas” pada baris kedua diulang dengan bentuk sama pada baris kesepuluh puisi “aji krama” merupakan bentuk aliterasi, satu jenis repetisi tertua yang didasarkan pada ketukan dan memberi efek bunyi, demikian juga repetisi “sumbing” dan “sumbang” pada baris kesatu dan kedua puisi “keluar dari menara gading” diulang secara terbalik pada baris keempat dan kelima, merupakan konsonansi yang memberi efek bunyi. Tentu kita boleh menduga bahwa kelekatan itu juga hadir karena penyairnya memiliki ketertarikan khusus pada musik. Ketertarikan itu pula mungkin yang menyebabkan dalam pemenggalan baris-baris puisinya kita kerap—untuk tidak mengatakan selalu—menemukan perhatian khusus terhadap jumlah Kumpulan Puisi adalah buku antologi puisi pertama Ilda Karwayu, memuat 50 puisi dengan puisi terlama bertarikh 2012 dan terbaru 2017. Binatang Kesepian dalam Tubuhmu adalah buku antologi puisi kedua, memuat 67 puisi dengan puisi terlama bertarikh 2018 dan terbaru 2019. Beberapa catatan awal tentang puisi-puisi dalam Binatang Kesepian dalam Tubuhmu, termasuk tentang kekhasan visual dan ketukan bisa dibaca di Masih Haruskah Kita Santun Memaki Para Singa?. Maka boleh dikatakan pada puisi-puisi cermin Ilda kita bisa melihat terutama dua efek penggunaan repetisi. Pertama, repetisi memengaruhi sisi visual, tampilan bentuk. Kedua, repetisi menghasilkan efek puitis sekaligus memengaruhi makna. Pada akhirnya, karena sisi visual berpotensi memberi kunci untuk pemaknaan puisi, puisi pun menjadi utuh karena struktur puisi yang menciptakan bentuk dan dengan demikian aspek visual menopang konten. Keutuhan semacam itu, dari sudut pandang strukturalis, merupakan ciri puisi bagus. Kita tidak menemukan pola cermin dalam puisi-puisi terbaru Ilda yang lain, dipublikasikan 11 Januari 2022 di puisi-puisi ilda karwayu. Tiga puisi ditulis pada tahun 2020, 1 puisi tahun 2021, 2 puisi tahun 2022. Akan tetapi saat mundur sedikit, kita akan menemukan pola puisi yang mirip dalam 2 dari 4 puisi Ilda yang dipublikasikan 28 Agustus 2021 di Jawa Pos, Sajak Ilda Karwayu, “The Taste of an Affair” dan “Bangun Tidur Masa Kini”, dua-duanya bertarikh sedikit perbedaan tampilan antara versi daring dan versi cetak. Tulisan ini mengikuti versi cetak sebagai versi yang lebih stabil. potong adegan mesra pada klip video mimpimu, tuantampakkah umami di lidah embun sepukul lima ini?tanda2gurih kejadian telah matang siap saji di atas pengakuandi atas gurih kejadian pengakuan telah matang siap sajidiam2adegan mesra tuan potong pada klip video mimpimusepukul lima ini umami di lidah embun, tampakkah?“The Taste of an Affair” cuci muka pakai sinyalinternet lancar pagi inikata ibuku taditidak seperti subuh haritersendat oleh peronda-rondamuda yang ramai berselancar berselancar ramai yang mudatersendat oleh peronda-rondasubuh hari tidak sepertiibuku tadi katapagi ini lancar internetsinyal pakai cuci muka“Bangun Tidur Masa Kini” Puisi-puisi cermin semacam itu juga tidak kita temukan dalam Binatang Kesepian dalam Tubuhmu, meski kita akan menemukan penggunaan salah satu aspek yang membangunnya, yaitu kehadiran jeda ruang kosong tambahan antar kata. Puisi-puisi Ilda yang dari segi gaya lebih dekat dengan puisi-puisi dalam antologi ini bisa kita temukan dalam 5 dari 6 puisi Ilda di Uniknya, kita justru akan menemukan “leluhur” puisi cermin dalam Eulogi Kumpulan Puisi Pindaian puisi “Gelang Giok” hal. 27 Tampilan visual puisi ini agak janggal dengan adanya jarak antara baris ke-1 dengan baris ke-2 yang lebih sempit dari jarak antar baris lain. Jika mengabaikan kejanggalan itu maka kita melihat pola penyusunan mirip per 2 baris baris genap disusun dengan menurunkan kata atau frasa yang memberi penekanan dan masih terkait secara sintaktis dengan baris sebelumnya dalam mode larik sambung. “Gelang Giok”, “yang berdarah”, dan “takdir” pada baris ke-2, 4, dan 6 menjadi kata dan frasa kunci, dengan penempatan masing-masing bergerak makin bawah makin menjauh dari marjin kiri menyimbolkan perjalanan takdir yang maju melewati momen menyakitkan dan sedikit banyak “diobati” oleh “gelang giok”, benda yang tampaknya memiliki nilai khusus karena muatan historis yang ia kandung. Namun, boleh jadi baris ke-2 sebenarnya masih merupakan bagian dari baris ke-1 dan diturunkan semata karena tuntutan sempitnya tata letak halaman buku. Dengan kata lain, tipografi puisi tersebut lebih mungkin dimaksudkan seperti ini Taruhlah kita sepakat untuk menjajaki kemungkinan tersebut, tanpa mengabaikan kemungkinan bahwa satu-satunya penyebab permasalahan terkait perbedaan jarak antar baris di atas adalah kekeliruan penata letak dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan proses kreasi puisi, maka kita bisa mengatakan bahwa meski bertarikh 2016, pola persajakan puisi ini sangat mirip dengan pola-pola cermin yang sudah dibahas. Akan tetapi pola cermin dalam puisi ini berada pada tataran lebih sederhana. Setengah baris pertama misalnya merupakan repetisi terbalik dari setengah baris sebelumnya, dengan makna sama tetapi susunan sintaktis berubah mengindikasikan perubahan penekanan keterangan tempat dengan subjek. Pada baris kedua, “titik mata” mengalami repetisi yang memberi efek penekanan, sebagaimana “menabrak takdir” yang mengalami repetisi melibatkan pemenggalan menghasilkan larik sambung pada baris keempat dan kelima. Diksi “merah”, “berdarah” dan “menyerah” juga merupakan repetisi yang membentuk rima. Bisa dikatakan bahwa pola-pola cermin pada puisi-puisi Ilda yang lebih baru tampak sebagai elaborasi lebih lanjut dari puisi ini, dibuktikan dengan pengolahan dan perluasan berbagai repetisi, posisi kata, dan juga tipografi sehingga efek-efeknya pun lebih beragam daripada dalam “Gelang Giok” yang cenderung terbatas memberi efek penekanan dan bunyi. Pola cermin seperti ini menarik, tetapi bukan tanpa risiko. Dalam pelbagai kebudayaan, cermin dianggap sesuatu yang sakral, mistis. Cermin biasa dianggap sebagai gerbang menuju “dunia di sisi lain”, sebagaimana juga sebaliknya. Keyakinan semacam itu dipahami secara literal dalam berbagai cerita mistis yang masih bisa—atau justru semakin banyak—ditemukan sekarang ataupun dimaknai secara simbolis dalam salah satu prosa paling memukau di dunia karya Lewis Carroll Alice Through the Looking-Glass Elisa Menembus Cermin’. Maka dalam satu puisi cermin Ilda kita bisa temukan dua dunia “gagasan” ataupun “gagasan-gagasan”, tersusun dari kata-kata kembar tetapi dalam posisi saling tertukar. Tersesat dalam dunia kata-kata semacam itu bisa menyebabkan kebingungan, seperti para pelaut yang mendengar nyanyian Siren bentuk dan bunyi memesona rasa, lantas rasio enggan memandu menuju makna. Namun, risiko tersebut tidak sepenuhnya buruk, karena puisi kontemporer hadir pertama-tama untuk dinikmati, bukan untuk menjejalkan arti. Selain itu, dari sekian pembaca pasti ada mereka yang seperti Odisseus rasa dia menikmati bentuk dan bunyi tetapi rasionya tetap mampu melanjutkan perjalanan, menuju arti. Selain itu, ada baiknya kita merenungkan kata-kata Paul ValĂ©ry yang Hasif Amini kutip dalam catatan penyerta antologi puisi Goenawan Mohamad, Tujuh Puluh Puisi Tempo & PT Grafiti, 2011, “Dari Lirik Menuju Khaosmos’” bahwa puisi adalah “bimbang yang tak putus-putus antara bunyi le son dan arti le sens”. Pada akhirnya, pembacaan ini hanya tinjauan sepintas, bukan pemetaan tuntas proses kreatif terbaru Ilda Karwayu sebagai penyair, pun tanpa berpretensi menjadi kebenaran tunggal. Seorang penyair yang baik selalu memiliki kesadaran untuk tanpa henti meninjau ulang relasinya dengan kata sehingga pemetaan proses kreatifnya tidak mungkin dilakukan secara tuntas pada saat dia masih produktif berkarya. Kesadaran penyair semacam itu berpotensi membuat pembaca menanti-nanti karyanya, karena hanya penyair seperti itu yang akan melahirkan karya-karya segar, jauh dari kecenderungan menjadi epigon. Maka mungkin saja kini dan kelak Ilda mendadak menulis puisi-puisi epik atau balada panjang misalnya, jenis puisi yang akan mengejutkan kita kalau dia mencoba menulisnya karena tak tampak tanda-tanda akan menuju ke sana dalam puisi-puisinya selama ini. Atau kita mungkin juga mengintip bocoran puisi “pascakontemporer” dia melalui salah satu puisi bertarikh 2022 yang dipublikasikan di Kita boleh menduga “bentuk lain” yang unik ini merupakan elaborasi lebih lanjut lagi dari “lompatan ringan” Ilda ke dalam ruang cermin yang dia lakukan sambil membayangkan para pembaca puisinya berpindah-pindah menikmati “bunyi dan arti” dalam dunia Elisa, “tanpa henti”. Saya bayangkan saat itu dia tersenyum meski pada saat yang sama dia asyik sendiri menebak-nebak apakah di depan sana dia harus belok kanan atau jalan terus. Salam. Yogyakarta, Akhir Januari 2022 Imaji Imaji menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang dibayangkan dalam pikiran; bayangan. Kata konkret: Kata konkret adalah bentuk kata yang dapat menimbulkan imajinasi. Tipografi: Tipografi adalah penyusunan baris dan bait pada puisi. Rima merupakan salah satu unsur fisik pembangun puisi. Bait pertama pusi tersebut berbunyi: Puisi adalah suatu karangan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan mengutamakan keindahan kata-kata. Kata cermin yang bercetak miring pada puisi bermakna kenyataan di dunia, karena cermin merefleksikan kenyataan yang ada dalam diri seseorang yang bercermin. Maka Cermin tak pernah berteriak; ia pun tak pernah Meraung, tersedan, atau terisak Sama dengan Kenyataan di dunia tak pernah berteriak; ia pun tak pernah Meraung, tersedan, atau terisak Dengan demikian, jawaban yang benar adalah pilihan D. .
  • by3ag71i7o.pages.dev/201
  • by3ag71i7o.pages.dev/592
  • by3ag71i7o.pages.dev/701
  • by3ag71i7o.pages.dev/999
  • by3ag71i7o.pages.dev/468
  • by3ag71i7o.pages.dev/577
  • by3ag71i7o.pages.dev/245
  • by3ag71i7o.pages.dev/443
  • by3ag71i7o.pages.dev/178
  • by3ag71i7o.pages.dev/520
  • by3ag71i7o.pages.dev/389
  • by3ag71i7o.pages.dev/162
  • by3ag71i7o.pages.dev/329
  • by3ag71i7o.pages.dev/181
  • by3ag71i7o.pages.dev/455
  • makna kata cermin pada baris pertama puisi tersebut adalah